MATI UNTUK HIDUP
Ada ungkapan, setiap orang yang hidup
harus belajar mati. Bagaimana mungkin ? Bukankah setiap manusia berupaya untuk
mempertahankan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraannya di setiap kesempatan.
Tak sedikit yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan pengakuan dalam
lingkungan pergaulan. Ada yang rela merubah penampilan, mengasah bakat dan
ketrampilan agar diterima oleh orang lain. Lalu mengapa perlu belajar mati ?
Ada kisah tentang sepasang kekasih.
Seorang pria dengan cinta yang luar biasa terhadap seorang gadis, walaupun si
gadis tak bisa melihat. Setiap hari ia mendampingi sang gadis dan dengan sabar
mendengar setiap keluhan, menenangkan si gadis ketika marah terhadap kondisi
fisiknya. Menghibur si gadis ketika kecewa terhadap orang-orang disekitarnya.
Ketulusan yang ditunjukkan setiap hari ini, membuat si gadis sangat mencintai
kekasihnya dan berjanji akan menikahinya bila ia sudah bisa melihat.
Suatu hari, ada yang mendonorkan
mata bagi si gadis. Si gadis berhasil melihat dunia di sekitarnya. Tak ada lagi
gelap yang selama ini dikeluhkan. Kegembiraan terpancar di matanya. Ia sungguh
bersukacita dan ingin cepat-cepat menikah dengan pria yang selama ini
mendampinginya. Tapi kegembiraan itu tiba-tiba sirna. Si gadis urungkan niat, ia
kecewa karena pria yang dicintainya tak bisa melihat. Janji yang selama ini
diucapkan tak tersisa dihati. Ia memutuskan berpisah, cinta tak lagi seperti
dulu. Si pria hanya tertunduk dan tak mampu membantah keputusan si gadis. Ia
beranjak pergi dan menitipkan sebuah surat untuk orang yang sangat dicintainya.
Tulisnya “Maafkan aku, hanya ini yang
bisa kulakukan. Tolong jaga mataku baik-baik. Aku pergi tapi akan selalu
mencintaimu”.
Inilah kasih itu. Seperti dua sisi
mata uang yang tak bisa dipisahkan. Konsekuensi dari mengasihi adalah
berkorban. Rasa kasih memunculkan dampak mederita. Menderita demi orang yang
kita kasih. Itulah sebabnya orang yang hidup harus belajar mati. Mematikan
keinginan diri kita, demi menghidupkan orang lain. Disinilah letak hdup yang
sesungguhnya.
Kasih seperti ini tak akan terwujud
tanpa pengorbanan. Tak ada pengorbanan tanpa syarat. Mengapa sepasang kekasih
dalam cerita tadi berpisah ? Sebab kasih si gadis bersyarat, maka ia tak mampu
berkorban. Nilai hidup kita ada pada seberapa besar kita member nilai pada
hidup orang lain. Itulah sebabnya kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar