Kamis, 10 Mei 2012

DEPRESI


DEPRESI

            Setiap orang hamper pernah mengalami depresi pada saat-saat tertentu, seperti misalnya sedih, lesu, tidak minat pada aktivitas apapun meski menyenangkan. Situasi yang menjadi penyebab utama depresi adalah kegagalan di sekolah, di tempat kerja, atau kegagalan dalam hal cinta. Depresi dianggap abnormal ketika depresi tersebut di luar kewajaran dan berlanjut sampai saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali. Depresi pada orang normal dapat diartikan sebagai keadaan murung (kesedihan, patah hati, dan patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan pesimisme di dalam menghadapi masa dating. Sedangkan, depresi secara abnormal dapat diartikan sebagai ketidakmauan yang ekstrim untuk merespons stimulus dan disertai menurunnya nilai diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa. Penderita depresi tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan atau memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang menarik. Dalam taraf yang ekstrim, penderita dapat disertai adanya kecemasan dan bisa jadi mencoba untuk bunuh diri.

PERASAAN


PERASAAN

                Kita adalah manusia yang rasional. Kita mengutamakan cara berfikir rasional yang berusaha memuaskan motif kita dengan cara yang intelegen . Sampai taraf tertentu kita hanya berbuat seperti itu, tetapi kita juga manusia yang emosional---lebih emosional dari an sering kita sadari. Bahkan, hampir semua affair kehidupan sehari-hari diwarnai dengan perasaan dan emosi. Kenikmatan dan kesengsaraan, kegairahan dan kekecewaan, cinta dan takut, daya tarik dan hal yang menjijikkan, harapan dan kecemasan---semua itu dan lebih banyak lagi perasaan yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
            Hidup akan terasa kering tanpa perasaan-perasaan seperti itu. Mereka member warna dan bumbu dalam kehidupan; mereka adalah saus yang menambah kesenangan dan kenikmatan untuk hidup kita. Kita mengantisipasi pesta dan kencan kita dengan kesenangan; kita mengingat dengan sinar yang hangat kepuasan yang kita dapatkan dari mendapatkan prestasi yang baik, bahkan kita sering mengingat kembali sebagai hiburan kekecewaan yang pahit di masa kecil. Dengan kata lain, bila emosi kita terlalu intens dan terlalu mudah dipengaruhi, maka dengan mudah menyebabkan kita dalam bahaya. Mereka dapat membengkokkan penilaian kita , mengubah teman menjadi musuh, dan membuat kita sengsara, seperti kita sakit demam.
            Alasan mengapa emosi banyak sekali definisinya adalah karena emosi mempunyai banyak sekali aspek, suatu emosi memiliki banyak aspek pada satu hal. Berusaha untuk sampai pada suatu definisi yang komprehensif tentang emosi menyatakan bahwa emosi seharusnya :
1.      Mengatakan sesuatu tentang apa yang kita rasakan ketika kita sedang emosional,
2.      Menyebut secara psikologis atau secara badaniah, dasar dari perasaan emosional,
3.      Berpengaruh emosi dalam persepsi, pikiran dan perilaku,
4.      Menjelaskan dorongan, atau motivasional, perlengkapan dari emosi-emosi tertentu seperti takut dan marah,
5.      Menunjukkan ke acara bagaimana emosi diekspresikan dalam bahasa, ekspresi wajah, dan gesture (bahasa tubuh)


YANG AKAN MENDOAKAN KITA


YANG AKAN MENDOAKAN KITA

            Seorang pengusaha sukses jatuh dikamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di Rumah Sakit di ruang ICU. Disaat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia Roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan, “kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!”. “Kalau hanya 50 orang, itu mah gampang..” kata si pengusaha ini dengan yakinnya. Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan dating 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati. Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali megunjunginya; dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, “apakah besok pagi aku sudah pulih ? pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit”. Dengan lembut si Malaikat berkata, “anakku, aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktu mu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu”. Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si malaikat menunjukkan layer besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Dilayar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka. Kata malaikat, “aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua? Itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu”. Kembali terlihat dimana si istri sedang berdoa jam 2:00 subuh, “Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu  hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar dihadapan-Mu, tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri”. Dan itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir dipipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat. Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air matamulai mengalir dipipi sag pengusaha ini. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari  betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya. Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya yang sudah terlambat! Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang! Dengan setengah bergumam dia bertanya, “apakah diantara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?” . Jawab si Malaikat “ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah”. Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan istri yang setia menjaganya sepanjang malam. Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit  dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidurdi kursi sambil memangku si bungsu. Bukankah itu panti asuhan ? kata si pengusaha pelan. Benar anakku, kau pernah memeri bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri. Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca Koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar dikoran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa untuk kesembuhanmu.
            Doa sangat besar kuasanya, tak jarang kita malas, tidak punya waktu, tidak terbeban untuk berdoa bagi orang lain. Ketikakita mengingat seramg sahabat/keluarga, kita pikir itu hanya kebetulan saja padahal kita harus berdoa bagi dia, mungkin saja pada saat kita mengingatnya dia dalam keadaan butuh dukungan doa dari orang-orang yang mengasihi dia.

MATI UNTUK HIDUP


MATI UNTUK HIDUP

            Ada ungkapan, setiap orang yang hidup harus belajar mati. Bagaimana mungkin ? Bukankah setiap manusia berupaya untuk mempertahankan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraannya di setiap kesempatan. Tak sedikit yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan pengakuan dalam lingkungan pergaulan. Ada yang rela merubah penampilan, mengasah bakat dan ketrampilan agar diterima oleh orang lain. Lalu mengapa perlu belajar mati ?
            Ada kisah tentang sepasang kekasih. Seorang pria dengan cinta yang luar biasa terhadap seorang gadis, walaupun si gadis tak bisa melihat. Setiap hari ia mendampingi sang gadis dan dengan sabar mendengar setiap keluhan, menenangkan si gadis ketika marah terhadap kondisi fisiknya. Menghibur si gadis ketika kecewa terhadap orang-orang disekitarnya. Ketulusan yang ditunjukkan setiap hari ini, membuat si gadis sangat mencintai kekasihnya dan berjanji akan menikahinya bila ia sudah bisa melihat.
            Suatu hari, ada yang mendonorkan mata bagi si gadis. Si gadis berhasil melihat dunia di sekitarnya. Tak ada lagi gelap yang selama ini dikeluhkan. Kegembiraan terpancar di matanya. Ia sungguh bersukacita dan ingin cepat-cepat menikah dengan pria yang selama ini mendampinginya. Tapi kegembiraan itu tiba-tiba sirna. Si gadis urungkan niat, ia kecewa karena pria yang dicintainya tak bisa melihat. Janji yang selama ini diucapkan tak tersisa dihati. Ia memutuskan berpisah, cinta tak lagi seperti dulu. Si pria hanya tertunduk dan tak mampu membantah keputusan si gadis. Ia beranjak pergi dan menitipkan sebuah surat untuk orang yang sangat dicintainya. Tulisnya “Maafkan aku, hanya ini yang bisa kulakukan. Tolong jaga mataku baik-baik. Aku pergi tapi akan selalu mencintaimu”.
            Inilah kasih itu. Seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Konsekuensi dari mengasihi adalah berkorban. Rasa kasih memunculkan dampak mederita. Menderita demi orang yang kita kasih. Itulah sebabnya orang yang hidup harus belajar mati. Mematikan keinginan diri kita, demi menghidupkan orang lain. Disinilah letak hdup yang sesungguhnya.
            Kasih seperti ini tak akan terwujud tanpa pengorbanan. Tak ada pengorbanan tanpa syarat. Mengapa sepasang kekasih dalam cerita tadi berpisah ? Sebab kasih si gadis bersyarat, maka ia tak mampu berkorban. Nilai hidup kita ada pada seberapa besar kita member nilai pada hidup orang lain. Itulah sebabnya kita tidak bisa hidup sendiri di dunia ini.    

ANAK ANJING DAN SEPOTONG DAGING


ANAK ANJING DAN SEPOTONG DAGING

            Entah ada apa dengan napsu makanku hari ini, makananku tersisa banyak. Aku keluar rumah untuk membuang sisa makanan tersebut. Baru beberapa langkah dari pintu luar rumah, pandanganku tertuju pada seekor anak anjing. Anak anjing itu tampak tidak terawat, meringkuk di pojokan sebuah meja bekas yang tergeletak begitu saja di depan rumah tetanggaku. Aku terdiam sejenak memandang anak anjing itu, kemudian menatap bungkusan di tanganku. Ku ambil daging yang nyaris tak tersentuh olehku dan aku berjalan menghampiri anak anjing itu.
            Anak anjing itu sepertinya menyadari bahwa aku sedang menghampirinya. Ia mulai mendongakkan kepalanya dan menggonggong seolah berkata “jangan ganggu aku, manusia !”. Melihat reaksi anak anjing tersebut, aku tidak jadi mendekat. Kuletakkan daging tersebut agak jauh darinya dan segera mundur ketempatku semula sambil menatapnya, berharap ia menghampiri dan memakan daging tersebut. Dugaanku salah, ia terus menatapku sambil menyalak tiada henti, tidak meggubris daging yang kuletakkan tadi. Aku menghela napas sejenak, lalu mengambil kembali daging tersebut dan menghampiri lebih dekat kepada anak anjing . Reaksinya sudah dapat ditebak, dia menyalak lebih kencang dari sebelumnya, mungkin karena aku sekarang sudah lebih dekat kepadanya. Entah kenapa aku lakukan ini, tapi aku mencoba berbicara dengannya “ssst, aku tidak bermaksud jahat, malah akan memberikanmu makanan lezat ini”.  Tapi sia-sia saja, anak anjing itu tentu saja tidak dapat mengerti perkataanku, bahkan dia tidak mencoba mengerti, dia terus saja menggonggong dan kali ini menggeram seperti bersiap menggigit. “Baiklah”, kataku pada diri sendiri. “Kubiarkan saja dia menggigit tanganku. Saat dia menggigit tanganku, dia pasti akan merasakan daging di tanganku itu dan akan sadar bahwa aku justru membawakannya makanan”.
            Aku berjongkok di hadapan anak anjing itu. Kusodorkan perlahan tanganku yang menggenggam daging, sedikit mengeryit karena sadar bahwa sebentar lagi tanganku akan digigit. “Semoga saja giginya belum tumbuh tajam”, pikirku. Tapia pa yang terjadi ? Anak anjing itu berhenti menggonggong dan mengendus-endus, kemudian menjilat daging ditanganku. Akhirnya kulepas daging itu dari tanganku dan anak anjing itu makan dengan lahapnya.
            Aku tersenyum, mengucap syukur pada Tuhan atas apa yang baru saja kulalui. Tiba-tiba aku tertegun merenungkan akan apa yang baru saja kualami.